REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pengalaman terjun dalam operasi kemanusiaan terhadap warga yang terpapar kabut asap akibat kebakaran hutan di Kalimantan Tengah sangat berkesan di sanubari dr. Sartika Harsa, dokter dari Posko Artha Graha Peduli.

Sartika mengaku menangis usai melakukan pemeriksaan dan pengobatan kepada lebih dari 500 warga Palangka Raya dan Pulang Pisau yang selama lebih tiga bulan terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan gambut.

“Anak-anak dan lansia paling parah dan menderita terpapar asap terus menerus dalam waktu lama. Saya trenyuh membayangkan bagaimana ke depannya mereka ini, terutama anak-anak,” kata dokter lulusan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu.

Sebagian warga yang diperiksa oleh Sartika dan rekannya, dr. Graz Rimba, positif terkena penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Ispa). Kabut asap mengakibatkan sejumlah anak-anak terserang penyakit asma, pneumonia, mata, dan kulit. Bahkan ada beberapa di antaranya yang terindikasi terkena Tuberkulosis alias TBC.

“Ada yang waktu diperiksa terbatuk keras. Dahaknya sampe nyiprat ke muka saya. Tapi itulah bagian dari tugas dan risiko seorang dokter,” kata wanita kelahiran Rantau, Kuala Simpang, Medan itu.

Dokter yang sebelumnya bertugas melayani kesehatan warga di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Lampung Barat itu mengatakan anak-anak menjadi perhatian pada operasi kemanusiaan AGP di Kalimantan Tengah.

“Mereka paling rentan terhadap bahaya kabut asap. Namun, karena anak-anak, mereka tidak menyadari adanya bahaya tersebut. Di situ saya merasa sedihnya,” ujar dokter muda kelahiran 1987 itu.

Tercatat, sedikitnya 16 orang meninggal akibat kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. Mayoritas korban ialah anak berusia di bawah lima tahun.

“Jangan ada anak-anak yang jatuh korban lagi akibat asap. Syukurlah hujan mulai turun dan kabut asap mulai berkurang di Kalimantan Tengah,” ujar dokter yang senang membaca dan traveling itu.

Sebagai dokter, ia merasa senang dan tertantang ketiga ditugaskan pimpinan untuk berangkat ke Kalimantan Tengah di saat kabut asap lagi pekat-pekatnya. Ia terbang ke Banjarmasin karena Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya ditutup akibat kabut asap. Dari Banjarmasin menggunakan angkutan darat ke Palangka Raya.”Saya siap tidur di tenda bersama-sama warga terpapar kabut asap,” katanya.

Yang paling mengharukan dari pengalamannya melakukan operasi kemanusiaan di Kalteng adalah saat tim Satgas AGP memberikan bantuan biskuit dan susu kepada anak-anak dan lansia. “Mereka senangnya minta ampun, ada yang sampai jingkrak-jingkrak ketika dibagi susu,” pungkasnya

SHARE