BANDAR LAMPUNG–Faktor geografis Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa menjadi salah satu pemicu tingginya jumlah pasien buta katarak. Posisi ini menyebabkan penduduk Indonesia berpotensi tiga kali lebih besar penderita katarak dibandingkan daerah yang minim ultraviolet.

“Kita seperti kejar-kejaran dengan peningkatan jumlah penderita. Dokter mata di Indonesia setiap tahunnya mampu membersihkan katarak pada 80.000 pasien, tapi pertambahan penderita katarak mencapai 200.000 per tahun,” kata dokter spesialis mata Iskandar saat kunjungan ke Lampung Post, Jumat (29/4/2016).

Dalam kunjungan ini ikut hadir dokter spesialis anak Prambudi Rukmono yang juga Ketua IDI Bandar Lampung, dokter Aditya Wakil Ketua IDI, serta beberapa anggota IDI yang tergabung dalam Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Sumatera Selatan sekretariat Lampung, yakni dokter spesialis mata Aryanti, Iskandar, dan Rosdiyanti.

Prambudi menambahkan kondisi tersebut menggugah para dokter mata untuk melakukan operasi katarak gratis bagi pasien tidak mampu. Kegiatan bakti sosial katarak menjadi salah satu program rutin Perdami dan IDI.

“Pada Sabtu, 30 April, akan dilakukan pembersihan katarak pada 100 pasien di Lampung Eye Centre (LEC), Jalur Dua Wayhalim, Jalan Sultan Agung, Bandar Lampung,” kata Prambudi.

Aryanti yang juga Ketua Panitia Pelaksana Bakti Sosial Katarak menjelaskan kegiatan ini bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut lewat program Bedah Pesisir. Pihak TNI bertugas mencari pasien di daerah-daerah pesisir Lampung, pendanaan didukung PT Sido Muncul, dan operatornya melibatkan 16 dokter mata yang tergabung dalam Perdami.

“Ada 200 warga yang kami screening, dan ditemukan 100 orang yang benar-benar membutuhkan pembersihan katarak karena sudah mengalami buta katarak,” kata Aryanti. Dia merinci, 100 pasien tersebut, 80 orang berasal dari pesisir pantai Kalianda, Lampung Selatan, dan 20 orang dari Bandar Lampung.

Menurut dia, proses operasi di LEC menggunakan alat fakoemulsifikasi berteknologi ultra sound yang mampu menghancurkan katarak di dalam mata, kemudian disedot. “Prosesnya cepat, setelah itu pasien bisa pulang dan besoknya kembali ke LEC untuk penanganan lebih lanjut, perban di mata sudah bisa dibuka,” ujarnya.

Sementara itu, Aditya mengatakan selain bakti sosial Katarak, pada hari yang sama IDI Bandar Lampung juga menggelar Seminar tentang Nutrisi untuk Anak-Anak, di Hotel Emersia, pukul 09.00—selesai. Seminar itu mengupas tentang cara mengatasi alergi pada anak, menangani anak susah makan, serta pemberian nutrisi pada bayi prematur. Menghadirkan pemateri lima dokter spesialis anak yakni Pramudi Rukmono, Murdoyo,Fedriyansyah, Elvi, Etty Widyastuti. “Ada 150 peserta dari dokter, bidan, dan perawat,” kata Aditya.

(Symber : http://lampost.co/berita/penderita-katarak-di-indonesia-tertinggi-se-asia-tenggara)

SHARE